MANUSIA DALAM PANDANGAN ISLAM
Oleh: Dr. Ahmad Rivauzi, MA
A. Sebutan Manusia dalam Al-Quran
Quraish Shihab (2007:277-278) mengutip pernyataan Alexis Carel seorang ahli bedah dan fisika berkebangsaan Prancis yang menjelaskan tentang kesulitan yang dihadapi manusia untuk memahami hakikat dirinya. Carel berkesimpulan bahwa satu-satunya jalan untuk mengenal dengan baik siapa manusia adalah dengan merujuk petunjuk Ilahi, Zat yang menciptakan manusia itu sendiri (Ahmad Rivauzi, 2015:15).
Quraish Shihab (2007:277-278) mengutip pernyataan Alexis Carel seorang ahli bedah dan fisika berkebangsaan Prancis yang menjelaskan tentang kesulitan yang dihadapi manusia untuk memahami hakikat dirinya. Carel berkesimpulan bahwa satu-satunya jalan untuk mengenal dengan baik siapa manusia adalah dengan merujuk petunjuk Ilahi, Zat yang menciptakan manusia itu sendiri (Ahmad Rivauzi, 2015:15).
Allah menyebut manusia dengan
beberapa istilah yang tertuang dalam kitab suci al-Qur’an sebagaimana
dijelaskan Quraish Shihab (2007: 278-280) tentang sebutan manusia dalam
al-Quran dengan sebutan basyar, kelompok kata insan, dan bani
Adam (Ahmad Rivauzi, 2015:15).
1. Allah
menyebut dengan menggunakan kata yang terdiri dari huruf alif, nun, dan sin.
Misalnya kata انسان , الناس , الأنس
, أناس .
Kata ini memiliki arti jinak,
harmonis, lupa, berguncang. Kata ini digunakan dalam al-Quran untuk menunjuk
manusia dalam pengertian yang utuh atau totalitas baik jasmaninya maupun
ruhaninya secara utuh.
Menurut Ibn Miskawaih
(1994:134), kata insan yang berati manusia bukan terambil dari kata nisyan
yang berarti lupa, melainkan dari kata uns yang berarti keintiman
atau keakraban. Hal ini dipandang lebih tepat sesuai dengan fitrah asli manusia
(Ahmad Rivauzi, 2015:16).
Firman
Allah dalam QS. al-Baqarah [2]:21,
يَاأَيُّهَا النَّاسُ
اعْبُدُوا رَبَّكُمُ
الَّذِي خَلَقَكُمْ
وَالَّذِينَ مِنْ
قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَتَّقُونَ
”Wahai manusia, sembahlah
Allah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang sebelum kamu, agar
kamu bertakwa”.
Berdasarkan pengertian di
atas, pengabdian dan penyembahan diri kepada Allah sebagaimana diperintahkan
ayat harus melibatkan semua potensi diri, baik jasmani maupun ruhani. Tidak
shah shalat misalnya kalau tidak dilakukan dengan jasmani semata, begitu juga sebaliknya,
shalat tidak akan sempurna kalau tidak dilakukan dengan melibatkan hati atau
jiwa (Ahmad Rivauzi, 2015:16).
2. Allah
menyebut manusia dengan kata البشر
Kata ini
terambil dari akar kata yang pada mulanya berarti penampakan sesuatu dengan
baik dan indah. Dari akar kata ini lahir kata basyarah yang berarti
kulit. Manusia dinamai dengan basyar karena kulitnya tampak jelas dan berbeda
dengan kulit binatang lainnya(M. Quraish Shihab,2007: 279).
Menurut
Manzhur (1968:124-126), kata al-basyar dipakai untuk menyebut semua
makhluk manusia baik laki-laki maupun perempuan, satu maupun banyak. Kata basyar
adalah jamak dari kata basyarah yang berarti permukaan kulit muka, wajah
dan tubuh yang menjadi tempat tumbuhnya rambut. Ibn Barjah mengartikannya
sebagai kulit luar. al-Laits mengartikannya sebagai permukaan kulit pada wajah
dan tubuh manusia, karena itu kata mubasyarah diartikan mulamasah
yang berarti persentuhan antara kulit laki-laki dan kulit perempuan, di samping
itu kata mubasyarah diartikan sebagai al-wath’ atau al-jima`
yang berarti persetubuhan(Ahmad Rivauzi, 2015:17).
Al-Quran menyebut kata ini
sebanyak 37 kali. Kata basyar
(tanpa menggunakan alif-lam) sebanyak 31 kali, al-basyar
(dengan menggunakan alif-lam) sebanyak 5 kali dan basyarain
(tanpa alif-lam dalam bentuk mutsanna) sebanyak 1 kali.
Dari ayat-ayat yang menyebut manusia dangan sebutan basyar, dapat
disimpulkan bahwa kata ini memiliki makna manusia dalam tinjauan aspek
biologisnya (Ahmad Rivauzi, 2015:17).
Di
antara ayat-ayat yang menggunakan kata basyar dapat ditemukan pada:
إِذْ قَالَ
رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ
إِنِّي خَالِقٌ
بَشَرًا مِنْ
طِينٍ
“(Ingatlah)
ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: "Sesungguhnya Aku akan
menciptakan manusia dari tanah". (QS Shad [38]:71)
قُلْ إِنَّمَا
أَنَا بَشَرٌ
مِثْلُكُمْ يُوحَى
إِلَيَّ أَنَّمَا
إِلَهُكُمْ إِلَهٌ
وَاحِدٌفَمَنْ كَانَ
يَرْجُوا لِقَاءَ
رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ
عَمَلًا صَالِحًا
وَلَا يُشْرِكْ
بِعِبَادَةِ رَبِّهِ
أَحَدًا
Katakanlah:
"Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan
kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang Esa".
Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan
amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat
kepada Tuhannya". (QS. Al-Kahfi [18]: 110)
Pada ayat di atas digambarkan
bahwa Muhammad sebagai seorang nabi juga merupakan manusia biasa yang secara
biologis sama dengan manusia lainnya (Ahmad Rivauzi, 2015:18).
3. Allah
menggunakan kata بني آدم atau ذرية آدم yang berarti anak cucu Adam atau keturunannya.
B. Tujuan Penciptaan Manusia
Yusuf al-Qardhawi (1995:172), dalam bukunya Islam
Peradaban Masa Depan menulis tujuan pokok hidup manusia dengan rincian
yang diberikan oleh Imam ar-Raghib al-Ishfahani dalam bukunya “Adz Dzari’ah
ila Makarimi asy-Syariah” yaitu: Beribadah kepada Allah, Menjadi khalifah
di muka bumi, dan memakmurkan bumi sesuai dengan keinginan Allah .
وَمَا
خَلَقْتُ الْجِنَّ
وَالْإِنْسَ إِلَّا
لِيَعْبُدُونِ
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka menyembah-Ku”.(QS. adz-Zariyat [51]: 56)
وَإِذْ قَالَ
رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ
إِنِّي جَاعِلٌ
فِي الْأَرْضِ
خَلِيفَةً قَالُوا
أَتَجْعَلُ فِيهَا
مَنْ
يُفْسِدُ فِيهَا
وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ
وَنَحْنُ نُسَبِّحُ
بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ
لَكَ قَالَ
إِنِّي أَعْلَمُ
مَا لَا
تَعْلَمُونَ
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para
malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka
bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah)
di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah,
padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan
Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui".(QS.
al-Baqarah[2]:30)
وَإِلَى ثَمُودَ
أَخَاهُمْ صَالِحًا
قَالَ يَاقَوْمِ
اعْبُدُوا اللَّهَ
مَا لَكُمْ
مِنْ إِلَهٍ
غَيْرُهُ هُوَ
أَنْشَأَكُمْ مِنَ
الْأَرْضِ وَاسْتَعْمَرَكُمْ فِيهَا
فَاسْتَغْفِرُوهُ ثُمَّ
تُوبُوا إِلَيْهِ
إِنَّ رَبِّي
قَرِيبٌ مُجِيبٌ
“Dan
kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh berkata: "Hai
kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia
telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya,
karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya
Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (do`a hamba-Nya).(QS. Hud [11]: 61)
Sumber:
Ahmad
Rivauzi, Wawasan Studi Keislaman; Memahami Universalitas Islam untuk
Mendidik Pribadi dan Masyarakat yang Berkarakter Rahmatan li al-‘Alamin,
(Ciputat: Penerbit Sakata Cendikia, 2015), Cet. I
Tidak ada komentar:
Posting Komentar