Minggu, 08 Juli 2018

MANUSIA DALAM PANDANGAN ISLAM

 MANUSIA DALAM PANDANGAN ISLAM
Oleh: Dr. Ahmad Rivauzi, MA

A. Sebutan Manusia dalam Al-Quran
 
Quraish Shihab (2007:277-278) mengutip pernyataan  Alexis Carel seorang ahli bedah dan fisika berkebangsaan Prancis yang menjelaskan tentang kesulitan yang dihadapi manusia untuk memahami hakikat dirinya. Carel berkesimpulan bahwa satu-satunya jalan untuk mengenal dengan baik siapa manusia  adalah dengan merujuk petunjuk Ilahi, Zat yang menciptakan manusia itu sendiri (Ahmad Rivauzi, 2015:15).
Allah menyebut manusia dengan beberapa istilah yang tertuang dalam kitab suci al-Qur’an sebagaimana dijelaskan Quraish Shihab (2007: 278-280) tentang sebutan manusia dalam al-Quran dengan sebutan basyar, kelompok kata insan, dan bani Adam (Ahmad Rivauzi, 2015:15).
1.    Allah menyebut dengan menggunakan kata yang terdiri dari huruf alif, nun, dan sin. Misalnya kata انسان , الناس , الأنس , أناس .
Kata ini memiliki arti jinak, harmonis, lupa, berguncang. Kata ini digunakan dalam al-Quran untuk menunjuk manusia dalam pengertian yang utuh atau totalitas baik jasmaninya maupun ruhaninya secara utuh.
Menurut Ibn Miskawaih (1994:134), kata insan yang berati manusia bukan terambil dari kata nisyan yang berarti lupa, melainkan dari kata uns yang berarti keintiman atau keakraban. Hal ini dipandang lebih tepat sesuai dengan fitrah asli manusia (Ahmad Rivauzi, 2015:16).
Firman Allah dalam QS. al-Baqarah [2]:21,  
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
”Wahai manusia, sembahlah Allah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa”.
Berdasarkan pengertian di atas, pengabdian dan penyembahan diri kepada Allah sebagaimana diperintahkan ayat harus melibatkan semua potensi diri, baik jasmani maupun ruhani. Tidak shah shalat misalnya kalau tidak dilakukan dengan jasmani semata, begitu juga sebaliknya, shalat tidak akan sempurna kalau tidak dilakukan dengan melibatkan hati atau jiwa (Ahmad Rivauzi, 2015:16).
2.    Allah menyebut manusia dengan kata البشر  
Kata ini terambil dari akar kata yang pada mulanya berarti penampakan sesuatu dengan baik dan indah. Dari akar kata ini lahir kata basyarah yang berarti kulit. Manusia dinamai dengan basyar  karena kulitnya tampak jelas dan berbeda dengan kulit binatang lainnya(M. Quraish Shihab,2007: 279).
Menurut Manzhur (1968:124-126), kata al-basyar dipakai untuk menyebut semua makhluk manusia baik laki-laki maupun perempuan, satu maupun banyak. Kata basyar adalah jamak dari kata basyarah yang berarti permukaan kulit muka, wajah dan tubuh yang menjadi tempat tumbuhnya rambut. Ibn Barjah mengartikannya sebagai kulit luar. al-Laits mengartikannya sebagai permukaan kulit pada wajah dan tubuh manusia, karena itu kata mubasyarah diartikan mulamasah yang berarti persentuhan antara kulit laki-laki dan kulit perempuan, di samping itu kata mubasyarah diartikan sebagai al-wath’ atau al-jima` yang berarti persetubuhan(Ahmad Rivauzi, 2015:17).
Al-Quran menyebut kata ini sebanyak 37 kali. Kata basyar (tanpa menggunakan alif-lam) sebanyak 31 kali, al-basyar (dengan menggunakan alif-lam) sebanyak 5 kali dan basyarain (tanpa alif-lam dalam bentuk mutsanna) sebanyak 1 kali. Dari ayat-ayat yang menyebut manusia dangan sebutan basyar, dapat disimpulkan bahwa kata ini memiliki makna manusia dalam tinjauan aspek biologisnya (Ahmad Rivauzi, 2015:17).
Di antara ayat-ayat yang menggunakan kata basyar dapat ditemukan pada:
إِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي خَالِقٌ بَشَرًا مِنْ طِينٍ
“(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah". (QS Shad [38]:71)
قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌفَمَنْ كَانَ يَرْجُوا لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
Katakanlah: "Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya". (QS. Al-Kahfi [18]: 110)
Pada ayat di atas digambarkan bahwa Muhammad sebagai seorang nabi juga merupakan manusia biasa yang secara biologis sama dengan manusia lainnya (Ahmad Rivauzi, 2015:18).
3.    Allah menggunakan kata بني آدم  atau  ذرية آدم  yang berarti anak cucu Adam atau keturunannya.
B. Tujuan Penciptaan Manusia

Yusuf al-Qardhawi (1995:172), dalam bukunya Islam Peradaban Masa Depan menulis tujuan pokok hidup manusia dengan rincian yang diberikan oleh Imam ar-Raghib al-Ishfahani dalam bukunya “Adz Dzari’ah ila Makarimi asy-Syariah” yaitu: Beribadah kepada Allah, Menjadi khalifah di muka bumi, dan memakmurkan bumi sesuai dengan keinginan Allah .
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.(QS. adz-Zariyat [51]: 56)
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".(QS. al-Baqarah[2]:30)
وَإِلَى ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَالِحًا قَالَ يَاقَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ هُوَ أَنْشَأَكُمْ مِنَ الْأَرْضِ وَاسْتَعْمَرَكُمْ فِيهَا فَاسْتَغْفِرُوهُ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ إِنَّ رَبِّي قَرِيبٌ مُجِيبٌ
Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (do`a hamba-Nya).(QS. Hud [11]: 61)
 



Sumber:
Ahmad Rivauzi, Wawasan Studi Keislaman; Memahami Universalitas Islam untuk Mendidik Pribadi dan Masyarakat yang Berkarakter Rahmatan li al-‘Alamin, (Ciputat: Penerbit Sakata Cendikia, 2015), Cet. I

Tidak ada komentar:

Posting Komentar